Cara tanam kelapa sawit yang benar akan meningkatkan kualitas tanaman sawit dan meningkatkan kualitas buah yang akan dihasilkan. Kualitas yang naik tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan profit yang petani sawit dapatkan. Masih ada beberapa petani sawit yang menanam kelapa sawit secara tidak benar tanpa memperhatikan teknik menanam yang baik dan benar. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab kebun kelapa sawit yang digarap tidak memiliki produksi sesuai dengan harapan.

Pada artikel kali ini, kami akan memberikan beberapa tips/cara/langkah tanam kelapa sawit yang benar agar tanaman kelapa sawit yang sedang anda garap dapat tumbuh dengan subur dan baik serta menghasilkan panen yang melimpah dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan profit anda.

Memperhatikan Iklim

Penanaman pohon sawit membutuhkan persyaratan iklim yang tepat, antara lain:

Menentukan Jenis Tanah

Jenis tanah yang cocok untuk menanam sawit yaitu tanah yang mengandung lempung, tidak berbatu dengan pH 4 – 6.  Tanah untuk menanam sawit juga harus memiliki aerasi yang baik dan subur. Perkebunan sawit sebaiknya mempunyai sistem drainase yang baik, dengan permukaan air yang cukup dalam, solum juga harus dalam keadaan cukup dam sekitar 80 cm,

Kelapa sawit memerlukan tanah yang relatif datar dengan lapisan tanah yang tebal, tidak tergenang dan jenis-jenis tanah subur untuk mendukung sehingga pertumbuhan-nya akan berlangsung secara optimal sehingga produksi TBS dapat meningkat secara signifikan. Berikut ini adalah beberapa jenis tanah yang baik untuk menanam kelapa sawit :

  1. Latosol
    Merupakan tanah yang memiliki warna merah hingga coklat sehingga sering disebut dengan tanah merah. Sifat sifatnya seperti mudah menyerap air, merupakan tanah dalam, memiliki kandungan bahan organik yang sedang dengan pH tanah netral hingga asam. Jenis tanah Latosol ini banyak dijumpai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Jawa, Sulawesi Utara dan Papua. Selain untuk kelapa sawit, tanah Latosol juga sangat baik untuk tanaman Palawija, Padi, Karet dan Kopi.
  1. Organosol
    Merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan bahan organik dan merupakan salah satu jenis tanah yang subur dan terbagi menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. Jika tanah humus tidak perlu dibahas lagi karena banyak yang sudah tahu kekayaan unsur hara didalamnya, sedangkan untuk tanah gambut cenderung masam sehingga kurang cocok untuk tanaman lain, hingga saat ini baru kelapa sawit yang cocok tumbuh di tanah gambut.
  1. Alluvial
    Tanah aluvial merupakan tanah dengan ciri ciri mirip dengan latosol yang terbentuk dari hasil pengendapan material halus dari aliran sungai. Jenis tanah ini sering ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Berwarna kelabu dengan struktur dengan sedikit lepas lepas dan mengenai tingkat kesuburan tanah Alluvial tergantung dari jenis material yang dibawah oleh aliran sungai. Tanah ini sangat cocok ditanami padi, palawija, buah buahan, tembakau dan berbagai tanaman palma seperti aren dan kelapa.

Menentukan Jenis Tanaman

Pemilihan jenis ditetapkan berdasarkan kesesuaian dengan hasil analisis kondisi aktual, kemampuan tumbuh dalam pola campuran, jenis produksi, manfaat bagi masyarakat, nilai tambah produk dan daya terima (adoptability) oleh masyarakat. Jenis-jenis yang sebaiknya dipilih untuk dibudidayakan pada agroforestri kelapa sawit di dalam kawasan hutan adalah jenis-jenis yang memenuhi beberapa dari kriteria sebagai berikut:

  1. Jenis asli atau endemik setempat
  2. Memiliki kemampuan mengikat nitrogen seperti kelompok leguminosae
  3. Berumur panjang
  4. Berperakaran dalam
  5. Multiguna, multi purpose tree species (mpts) menghasilkan batang, kulit, buah, biji, daun getah atau akar yang bernilai ekonomi tinggi
  6. Teknik budidaya cukup dikenal masyarakat
  7. Tersedia bahan tanaman dalam jumlah cukup

Menentukan Pola Tanam

Terdapat 5 (lima) teknik pola tanam yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan SJB yakni (1) alternate rows atau baris bergantian, (2) alley cropping atau lorong, (3) penyisipan atau pengayaan tanaman berkayu, (4) tress along borders atau pagar, dan (5) pilihan atau seleksi dengan tanaman berkayu. Kelima teknik pola tanam tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Alternate rows atau baris bergantian

Pada teknik pola tanam baris bergantian atau alternate rows maka pohon kelapa sawit ditanam dalam baris secara berselang seling dengan tanaman berkayu. Untuk mencapai kondisi ini, maka pada kebun kelapa sawit monokultur perlu dilakukan penjarangan pohon kelapa sawit. Penjarangan dilakukan dalam baris berselang-seling untuk memberikan ruang tumbuh bagi tanaman berkayu yang akan ditambahkan. Pada baris pohon kelapa sawit yang ditebang, maka ditambahkan tanaman berkayu sebagai penggantinya.

Pada teknik pola tanam baris bergantian atau alternate rows maka pohon kelapa sawit ditanam dalam baris secara berselang seling dengan tanaman berkayu. Untuk mencapai kondisi ini, maka pada kebun kelapa sawit monokultur perlu dilakukan penjarangan pohon kelapa sawit. Penjarangan dilakukan dalam baris berselang-seling untuk memberikan ruang tumbuh bagi tanaman berkayu yang akan ditambahkan. Pada baris pohon kelapa sawit yang ditebang, maka ditambahkan tanaman berkayu sebagai penggantinya.

Bergantung pada jarak tanam awal yang dipraktekkan oleh masyarakat, maka hasil akhir pola tanam alternate rows ini akan mempunyai jarak tanam sebagai berikut:

Bergantung pada jarak awal yang dipraktekkan, maka jumlah pohon kelapa sawit yang dipertahankan berkisar:

Sedangkan jumlah tanaman berkayu yang ditambahkan berkisar:

2. Alley cropping atau lorong

Pada teknik pola tanam alley cropping atau lorong maka setiap dua baris pohon kelapa sawit ditanam berselingan dengan dua baris tanaman bekayu. Untuk mencapai kondisi ini, maka pada kebun kelapa sawit monokultur perlu dilakukan penjarangan dua baris tanaman sawit berselang-seling untuk memberikan ruang tumbuh bagi tanaman berkayu yang akan ditambahkan. Pada dua baris pohon kelapa sawit yang ditebang, maka ditambahkan tanaman berkayu sebagai penggantinya.

Bergantung pada jarak tanam awal yang dipraktekkan oleh masyarakat, maka hasil akhir pola tanam alley cropping ini akan mempunyai jarak tanam sebagai berikut:

Bergantung pada jarak awal yang dipraktekkan, maka jumlah pohon kelapa sawit yang dipertahankan berkisar:

Sedangkan jumlah tanaman berkayu yang ditambahkan berkisar:

3. Penyisipan atau pengayaan dengan tanaman berkayu

Pada pola tanam ini, tanaman berkayu disisipkan di antara pohon kelapa sawit tanpa dilakukan penjarangan atau penebangan terhadap pohon kelapa sawit yang sudah ada. Jenis tanaman berkayu yang dapat disisipkan adalah jenis tanaman berkayu yang cukup toleran atau yang dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan terutama pada awal pertumbuhannya, seperti jenis meranti. Apabila pada perkembangannya tanaman berkayu membutuhkan ruang tumbuh optimal, maka pengelola harus melakukan tindakan silvikultur yang tepat untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman berkayu tersebut, misalnya membuka naungan atau memangkas pelepah sawit yang menghambat pertumbuhan tanaman berkayu tersebut.

Jumlah tanaman berkayu per ha yang disisipkan setidaknya sama dengan jumlah pohon kelapa sawit per ha. Bergantung pada jarak tanamnya, jumlah pohon kelapa sawit per ha berkisar antara 139 – 238 batang.

4. Trees along borders atau pagar dengan tanaman berkayu

Pada pola tanam trees along borders atau pagar, tidak ada tanaman kelapa sawit yang ditebang, sementara tanaman berkayu ditanam mengelilingi persil kebun sawit sebagai tanaman pagar. Jenis tanaman berkayu yang digunakan sebagai tanaman pagar adalah jenis tanaman berkayu yang cukup toleran atau yang dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan terutama pada awal pertumbuhannya, seperti jenis meranti atau mahoni. Pemilihan jenis tahan naungan dikarenakan tanaman pagar pada prinsipnya adalah pola tanam sisipan pada sekeliling persil tanpa mengorbankan tanaman sawit yang ada di persil yang lain. Apabila pada perkembangannya tanaman berkayu membutuhkan ruang tumbuh optimal, maka pengelola harus melakukan tindakan silvikultur yang tepat untuk memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman berkayu tersebut, misalnya membuka naungan atau memangkas pelepah sawit yang menghambat pertumbuhan tanaman berkayu tersebut.

Jumlah tanaman berkayu per ha yang digunakan pada pola tanaman pagar ini bergantung pada jenis, jarak tanam dan luas persil yang dikelilingi.

5. Pilihan atau seleksi dengan tanaman berkayu

Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani sawit, pada tiap hektar kebun kelapa sawit rakyat monokultur selalu ada jenis sawit yang tidak produktif atau dikenal sebagai sawit jantan. Jumlahnya bervariasi tergantung pada asal bibit yang ditanam. Apabila asal bibit dari produsen bibit yang bersetifikat, maka jumlah sawit jantan per hektar lebih sedikit atau bahkan tidak ada. Namun, apabila bibit tanaman sawit berasak dari produsen tanpa sertifikat, maka jumlah sawit jantan per hektar biasanya lebih banyak, bahkan dapat mencapai 50% dari jumlah bibit yang ditanam. Terhadap pohon sawit jantan yang tidak produktif tersebut, biasanya petani secara mandiri akan membongkarnya dan mengganti dengan bibit tanaman sawit yang baru. Tetapi seringkali sawit jantan tersebut dibiarkan saja walaupun produksi buahnya sangat sedikit.

Pada pola tanam pilihan atau seleksi, tanaman kelapa sawit yang tidak produktif (sawit jantan) ditebang untuk selanjutnya diganti dengan tanaman berkayu. Jumlah tanaman berkayu per ha yang digunakan pada pola tanaman pagar ini bergantung pada jumlah sawit jantan yang ada.

Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum penanaman dilakukan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 40 cm dan kedalaman 40 cm. Tanah galian bagian atas setebal 20 cm dipisahkan dari tanah bagian bawah. Jarak antar lubang tanam yaitu 9 x 9 x 9 m. Apabila kebun kelapa sawit ebrupa area berbukit, harus dibuat teras melingkari bukit dengan jarak 1,5 m dari sisi lereng.

Proses Pembibitan Kelapa Sawit

Waktu paling baik untuk menanam yaitu pada musim hujan, setelah hujan turun. Hal ini dimaksudkan agar cukup air untuk tumbuh. Lepaskan plastik polybag yang berisi bibit sawit dengan hati-hati jangan sampai bola tanahnya rusak karena dapat merusak perakaran bibit sawit. Kemudian masukkan bibit ke dalam lubang tanam. Tebarkan Natural Glio yang telah difermentasi dengan pupuk kandang selama 1 minggu. Tebarkan pada sekitar perakaran tanaman. Setelah itu, segera timbun dengan tanah galian bagian atas. Setelah selesai penanaman bibit, siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 5 – 10 ml per 1 liter air per pohon.

Adapun proses pembibitan kelapa sawit yang benar adalah sebagai berikut:

1. Penyemaian bibit

Kecambah atau bibit sawit dimasukkan ke dalam polibag yang berukuran 12 x 35 cm atau 15 x 23 cm. Sebelumnya polybag tersebut telah diisi dengan tanah lapisan atas yang telah diayak sekitar 1,5 – 2,0 kg. Kecambah sawit atau bibit sawit lalu ditanam ke dalam polybag yang telah berisi tanah sedalam 2 cm.

Lakukan pengecekan agar tanah dalam polybag selalu dalam keadaan lembab. Karena jika tanah kering, kecambah bibit tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Kemudian polybag disimpan pada bedengan berdiameter 120 cm. setelah disimpan dan dirawat sekitar 3-4 bulan, kecambah bibit tersebut telah menumbuhkan daun sekitar 4-5 helai. Bibit yang telah berdaun 4-5 helai telah siap untuk dipindahtanamkan.

Kemudian bibit dari pendederan tersebut dipindahkan ke polybag setebal 0,11 mm yang berukuran 40 x 50 cm. Polybag tersebut diisi dengan tanah lapisan bagian atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg. Sebelum bibit dipindahkan, tanah pada polybag disiram terlebih dahulu menggunakan 0,5 tutup botol POC NASA atau 5 ml per 1 liter air. Kemudian polybag diatur ke posisi segitiga sama sisi dengan jarak antar polybag yaitu 90 x 90 cm.

2. Pemeliharaan pembibitan

Ketika proses pembibitan, lakukan perawatan tanaman berupa penyiraman, penyiangan, penyulaman dan pemupukan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari setiap pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan 2 sampai 3 kali dalam sebulan atau sesuaikan dengan keadaan gulma pada bibit. Penyulaman yaitu menyeleksi bibit yang mati dan pertumbuhannya tidak normal. Seleksi bibit dilakukan ketika bibit ebrumur 4 bulan dan 9 bulan. Bibit yang tumbuh tidak normal, terserang penyakit dan memiliki kelainan genetik atau cacat fisik sebaiknya dibuang dan diganti dengan bibit yang baru dan sehat.

3. Pemupukan

Pemberian pupuk pada kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk tujuan mempertahankan produksi buah sawit. Pohon kelapa sawit biasanya beruah sekitar 2 minggu sekali. Artinya, pemiliki perkebunan kelapa sawit akan panen setiap dua minggu sekali. Akan tetapi setiap periode panen tersebut, buah sawit yang dihasilkan tidak selalu sama banyak. Bisa jadi meningkat pada dua minggu pertama dan mengalami penurunan pada minggu keempatnya. Kondisi ini dapat dikarenakan oleh prosedur pemupukan sawit yang belum optimal.

Berikut ini adalah beberapa metode pemupukan yang bisa anda ikuti:

Pemakaian Pupuk Makro

  1. Urea
    Bulan ke-6, 12, 18, 24, 30 dan 36 : 225 kg/ha
    Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst : 1.000 kg/ha
  1. TSP
    Bulan ke-6, 12, 18, 24, 30 dan 36 : 115 kg/ha
    Bulan ke-48 dan 60 : 750 kg/ha
  1. MOP/KCL
    Bulan ke-6, 12, 18, 24, 30 dan 36 : 200 kg/ha
    Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst : 1.200 kg/ha
  1. Kieserite
    Bulan ke-6, 12, 18, 24, 30 dan 36 : 75 kg/ha
    Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst : 600 kg/ha
  1. Borax
    Bulan ke-6, 12, 18, 24, 30 dan 36 : 20 kg/ha
    Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst : 40 kg/ha

Catatan : pemberian pupuk pertama dilakukan pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan (Maret – April).

Pupuk Organik Tambahan

  1. Tanaman Belum Menghasilkan
    SUPERNASA : 3 – 6 kg/ha (25 – 50 gr/tanaman) setiap 3 – 4 bulan sekali, larutkan dengan air secukupnya, disiramkan ke tanaman atau ditaburkan, dapat pula dicampur dengan pupuk makro.
    POC NASA : 3 – 4 cc/liter (3 – 4 tutup/tangki ditambah 15 liter air untuk 15 tanaman) atau 500 cc/ha setiap 3 – 4 bulan sekali, semprotkan campur dengan Hormonik ke tanaman atau tanah
    HORMONIK : 1 – 2 cc/liter (1 – 2 tutup/tangki ditambah 15 liter air untuk 15 tanaman) atau 500 cc/ha setiap 3 – 4 bulan sekali, siram arau semprotkan campur dengan POC NASA ke tanaman atau tanah.
    SUPERNASA Granule : 50 kg/ha untuk TBM atau TM, setiap 3 – 4 bulans ekali, ditabur pada sekitar batang (dalam piringan)
  1. Tanaman Sudah Menghasilkan
    Power Nutrition : 3 – 6 kg/ha (25 – 50 gr/tanaman), setiap 4 – 6 bulan sekali, larutkan dengan air secukupnya, dapat disiramkan atau ditaburkan, dapat pula dicampur dengan pupuk makro
    SUPERNASA : 3 – 6 kg/ha (30 – 50 gr/tanaman), setiap 4 bulan sekali, larutkan dengan air secukupnya, dapat disiramkan atau ditaburkan, dapat pula dicampur dengan pupuk makro

Di atas merupakan beberapa tips/cara/langkah tanam kelapa sawit yang benar agar perkebunan kelapa sawit anda dapat profit. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap varietas atau jenis tanaman sawit mempunyai teknik menanam yang berbeda-beda. Akan tetapi, cara menanam yang telah dijelaskan di atas merupakan cara yang dapat digunakan agar menghasilkan buah sawit yang besar dan hasil panen yang maksimal.

Dan jika perkebunan kelapa sawit anda membutuhkan alat timbangan truk yang akurat dan dapat diandalkan, Timbangan Truk Tornado menyediakan berbagai timbangan yang bisa digunakan sebagai ram sawit atau loading ramp untuk menimbang hasil panen kebun sawit anda atau menimbang jumlah pupuk yang masuk ke perkebunan anda.

Dapatkan potongan harga 5-10 juta rupiah untuk setiap 1 unit baru timbangan dengan menghubungi whatsapp kami di nomor 0821-3963-0089.